Tausyiah Ba'da Subuh - Masjid Quba Royal 2
Tema: Keutamaan Shalat Berjama'ah di Masjid
Oleh Ustadz Nirwan Nazaruddin, Lc., MIS.
Perjalanan sejarah umat islam:
1. Kenabian (nubuwah)
- Periode ini dipimpin oleh Rasulullah Muhammad secara langsung.
2. Khilafah dengan pola kenabian
- berlangsung setelah wafatnya Nabi Muhammad dan berlangsung selama 30 tahun.
3. Raja2 yg menggigit
- masa dimana ummat islam dipimpin dengan pola kerajaan dan berlangsung sangat lama sekitar 13 abad atau 1302 tahun.
4. Raja2 yg memaksakan kehendak
- diawali dengan runtuhnya kesultanan Ustman Turki pada tahun 1924 atau 1342 H. Di masa ini dimulai munculnya masing2 khalifah di negara masing-masing. Nasionalisme dan sekularisme menjadi dominan pada tatanan sosial kemasyarakatan, sementara identitas dan ideologi islam cenderung dilokalisasi pada tataran kehidupan individual semata.
5. Khilafah dengan pola kenabian
Era tegaknya keadilan dan kejujuran yang hakiki. Diantara tandatandanya munculnya Keadilan Imam Mahdi. Imam Mahdi diakui definitif jika mekkah dan madinah sudah dihujani salju.
Saat ini berada pada pola "Raja-raja yang memaksakan kehendak".
Ujung dari pola perjalanan sejarah Umat Islam akan masuk ke Khilafah dengan pola kenabian yang akan berlangsung hanya 8 tahun.
Kehidupan kita hari ini sudah memasuki babak akhirnya. Hanya tinggal menunggu satu persatu tanda keluar sebagai penguat akan terjadinya kiamat. Sementara beberapa tanda sudah keluar, susul menyusul bagai salju yang turun, sebagian orang-orang beriman sudah mawas diri sementara yang lainnya semakin mengingkari.
Sabda Rasulullah SAW mengenai peristiwa ini, diantaranya:
Nabi Bersabda, “sesungguhnya datang kepada kalian fase kenabian, setelah itu akan datang fase kekhalifahan ‘ala Minhaj Nubuwwah, kemudian akan datang fase Raja-raja yang menggigit kemudian akan datang fase kepemimpinan yang memaksakan kehendak, kelima, fase kekhalifahan 'ala minhaj nubuwwah. Setelah itu, Nabi diam” (HR Ahmad)
Seperti yang kita pahami, fase kenabian sudah berakhir pada saat rasulullah wafat, 14 abad yang lalu.
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah rasulullah dan penutup nabi-nabi...” (Al-Ahzab 40)
Rasulullah bersabda, “Rantai kerasulan dan kenabian telah sampai pada akhirnya. Tidak akan ada lagi rasul dan nabi sesudahku” (HR Tirmidzi)
Tidak ada lagi nabi setelah beliau, siapapun yang mengaku nabi maka dia adalah pembohong. Seperti Musailamah Al-Kazab yang diperangi oleh Abu Bakar Ash-Shidiq karena mengaku sebagai nabi. Meski rasul baru saja wafat sudah ada bencana fitnah yang dimulai, dengan pengakuan nabi palsu ini.
Kemudian pasca wafatnya Rasulullah Muhammad SAW, kita mengenal era kekhalifahan, khulafaur rasyidin yang berawal dari kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shidiq, kemudian diteruskan oleh Umar Bin Khattab, dilanjutkan oleh Utsman Bin Affan hingga berakhir pada masa Ali Bin Abi Thalib. Keempat khalifah ini adalah pemimpin terbaik didunia, yang tetap mendahulukan al-haq dan memerangi kebathilan. Berpegang teguh pada Al-quran dan sunnah Rasulullah. Kepemimpinan ini berakhir pada saat Ali diturunkan dari kekhalifahannya oleh Bani Umayyah lantaran peristiwa fitnah terbunuhnya Utsman. Karena peristiwa tafkhim pada perang shiffin yang menyetujui ketidaksahan kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib. Kita mengetahui sejarahnya, dan bagian akhir kekhalifahan ini penuh dengan persepsi dan fitnah. Banyak sejarawan yang menuliskan persepsi-persepsinya mengenai ketidakberhakkan Ali atas tampuk khalifah, ada pula yang mengkritik Muawiyyah Bin Abi Sofyan karena mengkudeta kepemimpinan sah kaum muslimin dan membuat barisan kaum muslimin terpecah-pecah menjadi beberapa golongan. Ada yang menamakan diri mereka syi’ah, khawarij, mu,tazilah, dan lainnya.
Usai kepemimpinan Ali, kita mengenal sistem kerajaan. Sistem kerajaan pertama dalam islam adalah Dinasti Bani Umayyah, dengan khalifahnya Muawiyah Bin Abu Sofyan. Pada era ini kepemimpinan berpusat di Syam (Syiria) karena disanalah basis massa pendukung terbesar Bani Umayyah sebagai kekuatan politik rezim ini. Pada sistem pemerintahan Muawiyah, dia mengenalkan konsep putra mahkota sebagai pengganti dirinya dengan ijtihad:
1. Kekhawatirannya mengenai pertumpahan darah kaum muslimin
Dalam sejarah ramai perbincangan mengenai prosesi peralihan kekuasaan dari Ali bin Abi Thalib kepada Muawiyah Bin Abu Sofyan. Ada barisan yang masih sangat menghormati Ali dan Ahlul Bait lainnya. Masih ada keturunan Ali yang dapat mewakili golongan ini, Husain Bin Ali. Kekhawatiran Muawiyah akan kembalinya kekuasaan pada ahlul bait beserta pertumpahan darah kaum muslimin demi mewujudkannya membuat Muawiyah mengambil putra mahkota sebagai ijtihadnya. Kemudian tampillah Yazid Bin Muawiyah sebagai putra mahkota yang kemudian di baiat oleh penduduk Syam.
2. Penerus cara kepemimpinan
Selain kekhawatiran diatas, alasan lainnya Muawiyah mempertimbangkan putra mahkota adalah karena Muawiyah telah menempuh banyak ijtihad baru demi kenyamanan, keadilan, dan persatuan kaum muslimin yang tidak akan mungkin dilakukan oleh Ali Bin Abi Thalib. Disebabkan hal ini pulalah kekuatan yang mengancam kebesaran Bani Umayyah tertahan didalam dan tidak muncul dipermukaan. Karena, meskipun mereka tidak menyukai prosesi pemilihan Muawiyah, mereka telah merasa adil dengan kepemimpinannya dan ridho atas keputusannya. Muawiyah khawatir kedamaian ini akan hancur jika ijtihadnya tidak diteruskan. Maka dari itu dia memutuskan untuk mengkader sendiri penerusnya, agar meneruskan wasiatnya dan menggantikan kepemimpinan.
Pada akhirnya, Bani Umayyah menemui titik keruntuhannya, digantikan oleh Dinasti Bani Abbasiyah, yang menisbatkan diri sebagai kehendak ahlul bait. Dinasti Abbasiyah mendapatkan kekuasaannya berkat dukungan politik Khurasan, Irak. Irak terbagi menjadi dua wilayah yang memiliki dua kepentingan berbeda. Penduduk yang mendukung ahlul bait adalah dari penduduk Kuffah, karena penduduk Bashrah adalah kaum Khawarij yang suka berbuat kerusakan dan merupakan kaum yang keluar dari kepemimpinan Ali karena tidak puas dengan keputusan Tafkhim.
Setelah Bani Abbasiyah berkuasa dan menguasai hampir sepertiga dunia, masa kejayaan kembali kepada Utsmaniyah, di Istanbul, Turki. Dan masa ini adalah masa terakhir kejayaan islam sebelum runtuh yang disebabkan oleh melemahnya persatuan kaum muslimin dan maraknya fitnah. Wilayah kaum muslimin menjadi terpecah belah. Syam dipecah menjadi wilayah Syiria, Palestina, Lebanon, dan Yordania. Sementara Yaman terpecah menjadi 4 bagian wilayah yang kini kita kenal seperti Iran dan Irak.
Dinasti yang berkuasa ini adalah fase kerajaan yang menggigit. Disebut 'menggigit' karena mereka menggigit Al-quran sehingga kadang lepas, kadang tergenggam. Ada khalifah yang adil seperti Umar Bin Abdul Azis, ada pula yang dzalim seperti Hajjaj.
Jumhur ulama berpendapat berakhirnya fase ketiga terjadi pada masa keruntuhan dinasti utsmaniyah pada tahun 1924 M. Setelah itu, masuklah masa-masa fase keempat dengan kehadiran raja-raja diktator yang memaksakan kehendak. Menentang hukum Allah, perlahan-lahan membawa umat muslim kembali pada zaman jahiliyah. Seperti nabi sabdakan:
"kalian akan mengikuti pendahulu kain sejengkal demo sejengkal, sehasta demi sehasta. Bahkan jika mereka masuk ke lubang biawak kalian akan mengikutinya." Para sahabat bertanya, "apa yang engkau maksud kaum nasrani dan yahudi?" Rasul menjawab, " kalau bukan mereka, siapa lagi?"
Jelas sudah, bagaimana rasul menggambarkan kondisi umat akhir zaman, yang semakin hari semakin mengikuti kebiasaan dan agama nasrani serta yahudi. Kita bisa sebutkan, ulama masa kini justru mengedepankan toleransi dengan menganjurkan mengucapkan selamat hari raya natal, membolehkan perempuan memimpin, dan sebagainya. Setelah hari ini, HAL BARU apa lagi yang akan bertambah? Bukankah jelas sudah, agama islam adalah agama yang mutakammil, yang sesuai dengan zaman apapun? Mengapa melakukan apa yang tidak nabi contohkan?
Hal yang lebih menyedihkan adalah, kaum muslimin justru merasa asing dengan ajaran islam, ajaran tauhid. Berapa banyak diantara mereka yang justru 'nyinyir' jika diingatkan mengenai hal baru yang mereka ada-adakan. Mengatakan kami adalah islam garis keras. Padahal demi Allah, kami hanya ingin berjalan teguh diatas assunnah!
Seperti kata pepatah, tak kenal maka tidak sayang. Hanya kesabaran yang mesti dilipatgandakan, hanya doa yang dapat dipanjatkan siang dan malam, seperti nabi katakan, 'mereka adalah kaum yang belum mengerti..' saat jibril menyarankan agar nabi berdoa agar kaumnya dikenakan azab.
Inilah wajah akhir zaman. Dimana perpecahan nyata adanya. Dimana tiap kaum mengklaim dirinya sebagai orang yang telah berbuat kebajikan.. Ya Allah, semoga kami senantiasa berada dalam kebaikan.
Akan datang, seorang pemimpin yang akan membawa kemaslahatan bagi seluruh alam, yang akan menyatukan barisan kaum muslimin yang tercerai berai, akan menghapuskan sekat-sekat kesombongan yang membatasi antargolongan, menegaskan kalimat tauhid dan menebar kebaikan selama tujuh tahun kepemimpinannya.
Rasul berkata, "dia berasal dari keturunanku, memiliki nama yang sama denganku dan nama ayah yang sama dengan nama ayahku"
Begitulah sabda beliau, imam mahdi akan hadir dan memimpin islam menuju kejayaannya. Tanda-tanda akhir zaman sudah mencapai puncaknya, daratan arab sudah mulai menghijau, sungai eufrat sudah mengering. Apa lagi yang kurang nyata dari tanda ini semua?
Kita hanya tinggal menunggu waktu dajjal hadir membersamanya 70.000 pasukan kaum yahudi, sementara kaum muslimin akan berada disatu barisan di bukit Ghoutoh menunggu Isa Almasih membunuh dan menghapuskan fitnah dajjal yang merajalela.
Hari ini, kita pun sedang berada diantara fitnah dajjal. Ketika kita tidak mengetahui mana yang benar dan yang mana salah, maka kita berada sangat dekat dengan fitnah dajjal.
Bagaimana cara menghadapinya? Memperdalam tauhid, menggali ilmu mengenai akhir zaman, mempertebal iman, dan senantiasa menebar kebaikan, agar Allah ridho menjadikan kita barisan yang akan membersamai Imam mahdi, Bukan berbalik memeranginya lantaran fitnah.
Mari bertakbir, demi menyongsong fase kelima! Khilafati 'ala minhajin Nubuwwah! Allahuakbar!
Wassalam,
Bidang Informasi DKM Masjid Quba.
No comments:
Post a Comment