Saturday, December 12, 2015

Mabit Quba

Assalamualaikum wr.wb.,
Kembali lagi Masjid Quba Taman Royal 2 akan mengadakan Malam Bina Iman dan Taqwa (Mabit) yang berisi kegiatan: membaca Al Qur'an, Qiyamulail dan Muhasabah.

Jangan lewatkan dan catat agenda acaranya hari Sabtu 12 Desember 2015 mulai pukul 18.00 hingga Minggu 13 Desember 2015 pukul 06.30 pagi, yang kali ini akan diisi pula tausyiah dari Ustadz H. Dwijo Muryono dengan Tema: "Mencintai Allah".

Untuk lebih lengkapnya silahkan lihat pengumuman berikut.


Wassalamualaikum wr.wb.,
DKM Quba 2015

Tuesday, July 7, 2015

I'tikaf masjid quba 1436 H



Pengurus Masjid Quba mengajak kaum Jamaah Masjid Quba dan Warga Muslimin Taman Royal 2 untuk mengikuti kegiatan I'tikaf yang akan dilaksanakan mulai tanggal 7 - 16 Juli 2015.

#1 Definisi: Dari sisi bahasanya, al-i’tikaf bermakna al-ihtibas (tertahan) dan al-muqam (menetap).
Sedangkan definisinya menurut para fuqaha adalah:

الْمُكْثُ فِي الْمَسْجِدِ بِنِيَّةِ القُرْبَةِ Menetap di masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.

لُزُومُ الْمَسْجِدِ لِطَاعَةِ اللهِ وَالاِنْقِطَاعِ لِعِبَادَتِهِ، وَالتَّفَرُّغِ مِنْ شَوَاغِلِ الْحَيَاةِ Menetap di masjid untuk taat dan melaksanakan ibadah kepada Allah saja, serta meninggalkan berbagai kesibukan dunia.

 #2 Hukum: Hukumnya sunnah, dan sunnah mu’akkadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan. 

I’tikaf menjadi wajib jika seseorang telah bernadzar untuk melakukannya.

 #3 Dalil: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانَ عَشْرَةَ أَيَّامٍ فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا (رواه البخاري)

Dari Abu Hurairah ra ia berkata: Nabi Muhammad s selalu i’tikaf setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Dan pada tahun wafatnya, beliau i’tikaf selama dua puluh hari. (HR. Bukhari). 

#4 Dalil: قَوْلُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ (رواه البخاري ومسلم)

Aisyah ra berkata: Rasulullah s melakukan i’tikaf di sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan) sampai Allah mewafatkan beliau. Kemudian para istrinya melakukan i’tikaf sepeninggal beliau. (HR. Bukhari dan Muslim)
Para ulama sepakat bahwa i’tikaf seorang istri harus seizin suaminya.

#5 Tujuan: Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa tujuan disyariatkannya i’tikaf adalah agar hati terfokus kepada Allah saja, terputus dari berbagai kesibukan kepada selain-Nya, sehingga yang mendominasi hati hanyalah cinta kepada Allah, berdzikir kepada-Nya, semangat menggapai kemuliaan ukhrawi dan ketenangan hati sepenuhnya hanya bersama Allah swt. Tentunya tujuan ini akan lebih mudah dicapai ketika seorang hamba melakukannya dalam keadaan berpuasa, oleh karena itu i’tikaf sangat dianjurkan pada bulan Ramadhan khususnya di sepuluh hari terakhir. (Zadul Ma’ad 2/82).

#6 Manfaat: Terbiasa melakukan shalat lima waktu berjamaah tepat waktu.
Terlatih meninggalkan kesibukan dunia demi memenuhi panggilan Allah.
Terlatih untuk meninggalkan kesenangan jasmani sehingga hati bertambah khusyu’ dalam beribadah kepada Allah swt.

Terbiasa meluangkan waktu untuk berdoa, membaca Al-Quran, berdzikir, qiyamullail, dan ibadah lainnya dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
Terlatih meninggalkan hal-hal yang tidak berguna bagi penghambaannya kepada Allah swt.
Memperbesar kemungkinan meraih lailatul qadar.
Waktu i’tikaf adalah waktu yang tepat untuk melakukan muhasabah dan bertaubat kepada Allah swt.

#7 Rukun: Mu’takif (المُعْتَكِفُ)
Niat (النِّيَّة) 
Menetap (اللُّبْثُ). 

Tidak ada batasan minimal yang disebutkan oleh Al-Quran maupun Hadits tentang lamanya menetap di masjid. Namun untuk i’tikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan waktu i’tikaf yang ideal dimulai pada saat maghrib malam ke-21 sampai maghrib malam takbiran.

Tempat i’tikaf (المُعْتَكَفُ فِيهِ)

#8 Syarat: Syarat yang terkait dengan mu’takif: beragama Islam, berakal sehat, mampu membedakan perbuatan baik dan buruk (mumayyiz), suci dari hadats besar (tidak junub, haid, atau nifas).
Syarat yang terkait dengan tempat i’tikaf: masjid yang dilakukan shalat Jum’at dan shalat berjamaah lima waktu di dalamnya agar mu’takif tidak keluar dari tempat i’tikafnya untuk keperluan tersebut.

#9 Amalan; Shalat, tilawah Qur’an, tasbih, tahmid, tahlil, takbir, istighfar, shalawat dan salam utk Rasulullah s, berdoa dan bentuk-bentuk ibadah lainnya yang dapat mendekatkan diri kepada Allah swt.
Mengkaji ilmu dan membaca kitab tafsir, hadits, sejarah nabi dan orang-orang shalih, fiqh dll.

#10 Makruh: Melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat, baik berupa perkataan ataupun perbuatan.
 (من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه)
رواه الترمذي وابن ماجه عن أبي بصرة
Menahan diri untuk tidak berbicara dengan keyakinan bahwa itu dapat mendekatkan diri kepada Allah swt.

#11 Mubah: Keluar dari tempat i`tikaf utk mengantar keluarga yg menjenguk.
Mencukur rambut, memotong kuku, membersihkan badan, memakai pakaian bagus, memakai parfum dll.
Keluar utk memenuhi hajat yg hrs dipenuhi (BAB, BAK dll).
Makan, minum dan tidur di dalam masjid dg tetap menjaga kebersihannya.
Melaksanakan akad jual-beli, akad nikah dan sejenisnya.

#12 Membatalkan: Kehilangan salah satu syarat i’tikaf yang terkait dengan mu’takif.
Berhubungan suami istri.
Keluar dengan seluruh badan dari tempat i’tikaf, kecuali untuk memenuhi hajat (makan, minum, dan buang air jika tidak dapat dilakukan di lingkungan masjid).
Mengeluarkan sebagian anggota badan dari tempat i’tikaf tidak membatalkan i’tikaf sesuai dengan ungkapan 

‘Aisyah ra:
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يُخْرِجُ رَأْسَهُ مِنَ الْمَسْجِدِ وَهُوَ مُعْتَكِفٌ فَأَغْسِلُهُ وَأَنَا حَائِضٌ

Nabi Muhammad SAW mengeluarkan kepalanya dari masjid (ke ruangan rumahnya) saat beliau i’tikaf lalu aku mencucinya sedang aku dalam keadaan haid. (HR. Bukhari)
#13 Adab Mu'takif: Selalu menghadirkan keagungan Allah di dalam hati sehingga niatnya terus terjaga.

Menyibukkan diri dengan amal yang dapat mencapai tujuan i’tikaf.
Bersahaja dan tidak berlebihan dalam melakukan perbuatan mubah seperti makan, minum, berbicara, tidur dan hal-hal lain yang biasa dilakukan di luar masjid.

Menjauhi amal perbuatan yang dapat merusak tujuan i’tikaf seperti pembicaraan tentang materi (jual beli, kekayaan dan lain-lain).

Memelihara kebersihan diri dan tempat i’tikaf serta menjaga ketertiban dan keteraturan dalam segala hal.
Tidak melalaikan kewajiban yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya, seperti nafkah untuk keluarga, menolong orang yang terancam keselamatannya, dan lain-lain.

Wassalam,
Bidang Informasi dan Komunikasi Masjid Quba

Friday, June 26, 2015

Tarawih 8 Ramadhan 1436 H

Materi  Kultum  Malam ke-8

Penceramah: Ustadz H. Rohiman

1.    Tayangan TV kendati sdh dikritisi KPI, tetap banyak menonjolkan hal2 yg tdk islami.
2.    Banyak anak yg salah memilih idola. Katty Perry, Laddy Gaga, dlsb
3.    Seharusnya sesuai dengan QS Al Azab 21 Suri teladan terbaik adalah Nabi Muhammad SAW
4.    Seorang  Idola seharusnya juga memperhatikan dan menyayangi kita.
5.    Rasulullah sangat memperhatikan dan menyayangi kita
6.    Pada saat Rasulullah hidup, Blio mengatakan umat paling mulia adalah umatnya  yang tidak mengenal dan tidak pernah melihat Rasulullah, Insya Allah seperti kita.
7.    Pada saat sakaratul maut, Rasulullah berdoa agar umatnya dibebaskan dari sakitnya saat  Malaikat mencabut nyawa.
8.    Pada saat itu Rasulullah juga mengingatkan kita utk tidak meninggalkan sholat
9.    Pada saat di akhirat orang kafir digiring menuju berombongan, orang Muslim diantar berombongan ke syurga (QS Az Zumar 71-73)
10.Jangan sampai kita sbg ortu di akhirat, dilaporkan oleh anak kita ke Allah SWT karena kita tidak mengajarkan Tauhid.

11.Untuk kita mari kita antarkan anak kita mengikuti sanlat yg akan diadakan DKM Quba.


Wassalam,
Bidang Komunikasi dan Informasi DKM Quba

Tarawih 7 Ramadhan 1436 H

Materi  Kultum  Malam ke-7

Penceramah: Ustadz Qomaruddin, MA.

Neraka isinya tidak hanya orang yang suka bermaksiat, tapi juga banyak diisi orang yg banyak melakukan bid’ah dholalah.

Selain itu juga banyak diisi oleh orang yg bersifat sombong, seharusnya kita lebih banyak tawadhu (rendah hati).

Berjalanlah di muka bumi dengan rendah hati (QS Al Furqan,25:63):
Sombong berpotensi  besar dimiliki oleh Pejabat, Si  Kaya, Si Ganteng/cantik, namun saat ini orang sebaliknyapun (rakyat biasa, miskin,jelek) banyak  yg  bersifat  sombong.

Dengan puasa kita menghilangkan sombong, dengan rasa lapar kita merasakan betapa kecilnya kita tanpa nikmat Allah.

Hanya Allah SWT, dengan segala ke-Maha-annya, yg boleh memiliki sifat sombong.

Tanda-tanda orang sombong: suka memuji diri sendiri, kalau berbicara tidak menatap teman bicara, kalau bertemu memalingkan muka.


Islam mengatur tatacara salam dimulai dari yang naik mobil ke yang naik motor, yang naik motor ke yang jalan, yang  jalan ke yang duduk.

Wassalam,
Bidang Komunikasi dan Informasi DKM Quba

Wednesday, June 24, 2015

Training Pengembangan Diri

Assalamualaikum,
Selain kegiatan Sanlat bagi remaja, dalam rangka mengisi kegiatan di bulan Suci Ramadhan ini, Panitia Ramadhan 1436 H juga mengadakan Training Pengembangan Diri: "Sukses Mulia untuk Pelajar Muslim", yang akan dibimbing oleh trainer Adi Sumarno.

Catat waktunya: Minggu, 28 Juni 2015 mulai jam 08.00 hingga 17.00 WIB bertempat di Masjid Quba.


Ajak serta teman-teman pelajar SMA dan Mahasiswa untuk dapat mengenali passion dan jati diri sejak awal.


Wassalam,
Panitia Ramadhan 1436 H.

SANLAT KURMA

Dalam rangka mengisi kegiatan di bulan Suci Ramadhan ini, panitia Ramadhan 1436 H Masjid Quba kembali mengadakan Pesantren Kilat untuk Remaja yg diselenggarakan oleh Kumpulan Remaja Masjid Quba (KURMA) pada tanggal 4 dan 5 Juli 2015 atau 17 dan 18 Ramadhan 1436 H, dengan topik:
- Karakter Pemyda Muslim
- Keutamaan Shalat Berjamaah di Masjid
- Tilawah Qur'an
- Buka Puasa bersama
- Tarawih dan Sahur.


Ayo ajak semua remaja Taman Royal 2 agar bisa mengikuti kegiatan yang sangat bermanfaat ini.

Semoga kegiatan ini akan semakin memperkuat Iman dan Taqwa Remaja Taman Royal 2, Aamiin3x ya Rabb.

Wassalam,
Panitia Ramadhan 1436 H.

Sunday, June 21, 2015

Tarawih 5 Ramadhan 1436 H

Tema: Semangat kebersamaan Berpuasa.
Oleh: Ustadz Nirwan Nazaruddin Lc.

Sapi Betina (Al-Baqarah):183 - Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Keberkahan amalan Shalat berjamaah yg mendasari Ibadah Berpuasa dengan semangat kebersamaan dan persatuan Ummat Islam.

Hal ini juga sudah diperlihatkan dimana di Indonesia saat ini semua organisasi Islam , menjalankan Ibadah Puasa bersama-sama, sehingga semua sepakat awal puasa, malam ganjil, malam Lailatul Qadar, dan akhir puasa Insya Allah.

Perintah yang Allah SWT harus disikapi dengan kebersamaan tidak individualistis, bahasa ego adalah bahasa akherat, bahasa dunia harus bersama, saling mengingatkan, menolong, dan bersama-sama, tidak sendiri-sendiri.

Wassalam,
Bidang Komunikasi dan Informasi DKM Qubs.


Tarawih 4 Ramadhan 1436 H


Friday, June 19, 2015

Tarawih 3 Ramadhan 1436 H

5 Keistimewaan Umat Nabi Muhammad di Bulan Ramadhan oleh ustadz Ali Sodikin Lc. Mpd.


Allah s.w.t yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang telah memberikan 5 keistimewaan kepada umat Nabi Muhammad s.a.w dan tidak pernah diberikan-Nya kepada umat-umat sebelum baginda dibulan Ramadhan.

Keistimewaan tersebut adalah seperti berikut :

Pertama : Pada malam pertama Ramadhan Allah s.w.t mengampunkan dosa-dosa mereka dan tidak menyiksa mereka selama-lamanya. (kecuali mereka yang syirik dan melakukan dosa besar. Perlu bertaubat dahulu)

Kedua : Mulut orang yang berpuasa lebih harum daripada bau kasturi di sisi Allah s.w.t.

Ketiga : Seluruh malaikat memohon ampun siang dan malam kepada Allah s.w.t.untuk orang yang berpuasa.

Keempat : Allah s.w.t memerintahkan Syurga bersiap sedia untuk menyambut tetamu-Nya yang berpuasa.

Kelima : Allah s.w.t menunggu-nunggu untuk memberi keampunan kepada hamba-hamba-Nya 

Wassalam,
Bidang Komunikasi dan Informasi DKM Quba.

yang berpuasa

Thursday, June 18, 2015

Tarawih 2 Ramadhan 1436 H

2 Ramadhan 1436 H.
Menginjak hari kedua Tarawih di Masjid Quba, jamaah masih memenuhi seluruh area shalat baik didalam diluar maupun diatas, Alhamdulillah. Semoga akan  terus berlanjut selama bulan ramadhan dan dilanjut di bulan2 lain setelah ramadhan ini, Aamiin3x ya Rabb.



Adapun Tausyiah tarawih hari kedua malam ini akan dipimpin oleh Ustadz H. Mustofa, yang akan membawakan materi Syukur Nikmat kepada Allah SWT.

Bahwasannya kita harus selalu bersyukur kepada Allah SWT. Karena Allah SWT yang mengatur rejeki ummatnya. Janganlah kita kufur nikmat karena sebenarnya yg kita rasakan bukan rejeki melainkan ujian.

Barang siapa yg menyambut Ramadhan dengan suka cita, maka akan diselamatkan jasadnya. Bahwa kita bisa sampai ke ramadhan kali ini, ini juga merupakan rejeki dari Allah yang patut kita syukuri, Alhamdulillah.

Dari Anas bin Malik ra, ia berkata :

“Bahwasanya Rasul saw menaiki mimbar dan bersabda : Amin.

Lalu menaiki tingkat kedua dan bersabda: Amin.

Kemudian menaiki tingkat ketiga juga bersabda : Amin.


Akhirnya beliau tegak, lalu duduk, Tanya Muadz bin Jabal : " Ya Rasul, hikmah apakah yang terkandung dalam tindakan anda menaiki mimbar 3 tingkat seraya membaca tiga kali amin? "


Jawab beliau saw, Jibril datang dan berkata kepadaku:

Ya Muhammad, siapa menjumpai bulan Ramadhan, sama sekali tidak mau puasa hingga habis bulan, dosa-dosanya tidak diampuni, maka ia masuk neraka.

Semoga Allah menjauhkan mereka dari neraka. Maka akupun meng-amininya yang pertama.


Siapa yang hidup semasa kedua ibu bapaknya atau salah satu dari keduanya masih hidup, ia tidak berbakti kepada mereka, masuklah ia ke neraka kalau mati saat itu.

Semoga Allah menjauhkan mereka dari neraka. Maka aku mengamini yang kedua kalinya.


Siapa yang di sisinya namamu disebut dan ia enggan bersalawat kepadamu, ia masuk neraka.

Semoga ia dijauhkan dari neraka. Maka akupun mengamini yang ketiga kalinya.”

Aamiin3x Ya Rabbal Alamin.

Ustadz H. MUSTOFA.

Wassalam,
Departemen Komunikasi dan Informasi DKM Quba.




Wednesday, June 17, 2015

Shalat Tarawih pembuka Ramadhan 1436 H

Assalamualaikum Wr. Wb.,
Alhamdulillah kita semua warga Taman Royal 2, khususnya warga muslim dapat bertemu kembali dengan bulan yang agung, bulan Suci Ramadhan 1436 H.
Tarawih malam pertama sudah dibuka dengan sambutan Ketua RW 16, Bapak H. Nasir Almi, dengan pantun khas nya.



Tarawih kali ini juga dibuka dengan ceramah/kultum pertama yang dibawakan oleh Ketua DKM Bapak H. Rohiman. Yang juga memaparkan beberapa kegiatan penting dalam rangka mengisi Bulan Suci Ramadhan 1436 H ini. Ada Sanlat anak-anak, Sanlat buat taja, tajil sebulan penuh, tadarusan, itikaf 10 hari terakhir, dan lain-lain. Ketua DKM juga menyampaikan agar twrjaga kekhusyukan shalat tarawih, mengingatkan jamaah untuk dapat mengikuti pengaturan area duduk. Seperti pengaturan anak2 agar tdk mengganggu kekhusyukan, juga orang tua yg membawa anak2 agar dapat ditertibkan.


Alhamdulillah, malam pertama ini, jamaah Masjid Quba dapat memenuhi seluruh area shalat, baik didalam, diluar dan di lantai 2.

Demikian sekilas pembukaan, semoga menjadi awal yang baik dan dapat terus memoertahankan dan meningkatkan keimanan kita.

Wassalam,
Sie Komunikasi dan Informasi DKM Quba.

Wednesday, June 3, 2015

Rangkaian acara Ramadhan 1436 H

Assalamualaikum Wr.wb.,
Dalam rangka menyambut Ramadhan 1436 H, Masjid Quba kembali mengadakan beberapa agenda kegiatan rutin seperti Pesantren kilat untuk anak2 dan remaja, dan kegiatan lainnya seperti jadwal berikut:

Sebagai pembuka kegiatan, Masjid Quba akan mengadakan Ceramah Tarhib Ramadhan 1436 H, yang akan mengupas tuntas persoalan Fiqih Ramadhan: Puasa, Fidyah, Zakat, Shalat Tarawih, Itikaf, dll.
Dan yang menarik, ada pembagian Al Quran bagi 25 peserta pertama dalam absensi.
Tarhib Ramadhan kali ini akan dibawakan langsung oleh guru kita Ustadz Nirwan Nazaruddin LC, MIS.
Ingat catat tanggalnya Sabtu, 13 Juni 2015, tentunya di Masjid Quba Taman Royal 2.
Ditunggu dan jangan lupa Absensi untuk mendapatkan Al Quran.


Wassalam,
Panitia Ramadhan 1436 H.

Saturday, April 4, 2015

Tausyiah Ba'da Subuh



Tausyiah Ba'da Subuh - Masjid Quba Royal 2
Tema: Keutamaan Shalat Berjama'ah di Masjid
Oleh Ustadz Nirwan Nazaruddin, Lc., MIS.

Perjalanan sejarah umat islam:

1. Kenabian (nubuwah)

- Periode ini dipimpin oleh Rasulullah Muhammad secara langsung.

2. Khilafah dengan pola kenabian

- berlangsung setelah wafatnya Nabi Muhammad dan berlangsung selama 30 tahun.

3. Raja2 yg menggigit

- masa dimana ummat islam dipimpin dengan pola kerajaan dan berlangsung sangat lama sekitar 13 abad atau 1302 tahun.

4. Raja2 yg memaksakan kehendak

- diawali dengan runtuhnya kesultanan Ustman Turki pada tahun 1924 atau 1342 H. Di masa ini dimulai munculnya masing2 khalifah di negara masing-masing. Nasionalisme dan sekularisme menjadi dominan pada tatanan sosial kemasyarakatan, sementara identitas dan ideologi islam cenderung dilokalisasi pada tataran kehidupan individual semata.

5. Khilafah dengan pola kenabian

Era tegaknya keadilan dan kejujuran yang hakiki. Diantara tandatandanya munculnya Keadilan Imam Mahdi. Imam Mahdi diakui definitif jika mekkah dan madinah sudah dihujani salju.

Saat ini berada pada pola "Raja-raja yang memaksakan kehendak".

Ujung dari pola perjalanan sejarah Umat Islam akan masuk ke Khilafah dengan pola kenabian yang akan berlangsung hanya 8 tahun.

Kehidupan kita hari ini sudah memasuki babak akhirnya. Hanya tinggal menunggu satu persatu tanda keluar sebagai penguat akan terjadinya kiamat. Sementara beberapa tanda sudah keluar, susul menyusul bagai salju yang turun, sebagian orang-orang beriman sudah mawas diri sementara yang lainnya semakin mengingkari.

Sabda Rasulullah SAW mengenai peristiwa ini, diantaranya:

Nabi Bersabda, “sesungguhnya datang kepada kalian fase kenabian, setelah itu akan datang fase kekhalifahan ‘ala Minhaj Nubuwwah, kemudian akan datang fase Raja-raja yang menggigit kemudian akan datang fase kepemimpinan yang memaksakan kehendak, kelima, fase kekhalifahan 'ala minhaj nubuwwah. Setelah itu, Nabi diam” (HR Ahmad)


Seperti yang kita pahami, fase kenabian sudah berakhir pada saat rasulullah wafat, 14 abad yang lalu.


“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah rasulullah dan penutup nabi-nabi...” (Al-Ahzab 40)


Rasulullah bersabda, “Rantai kerasulan dan kenabian telah sampai pada akhirnya. Tidak akan ada lagi rasul dan nabi sesudahku” (HR Tirmidzi)


Tidak ada lagi nabi setelah beliau, siapapun yang mengaku nabi maka dia adalah pembohong. Seperti Musailamah Al-Kazab yang diperangi oleh Abu Bakar Ash-Shidiq karena mengaku sebagai nabi. Meski rasul baru saja wafat sudah ada bencana fitnah yang dimulai, dengan pengakuan nabi palsu ini.


Kemudian pasca wafatnya Rasulullah Muhammad SAW, kita mengenal era kekhalifahan, khulafaur rasyidin yang berawal dari kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shidiq, kemudian diteruskan oleh Umar Bin Khattab, dilanjutkan oleh Utsman Bin Affan hingga berakhir pada masa Ali Bin Abi Thalib. Keempat khalifah ini adalah pemimpin terbaik didunia, yang tetap mendahulukan al-haq dan memerangi kebathilan. Berpegang teguh pada Al-quran dan sunnah Rasulullah. Kepemimpinan ini berakhir pada saat Ali diturunkan dari kekhalifahannya oleh Bani Umayyah lantaran peristiwa fitnah terbunuhnya Utsman. Karena peristiwa tafkhim pada perang shiffin yang menyetujui ketidaksahan kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib. Kita mengetahui sejarahnya, dan bagian akhir kekhalifahan ini penuh dengan persepsi dan fitnah. Banyak sejarawan yang menuliskan persepsi-persepsinya mengenai ketidakberhakkan Ali atas tampuk khalifah, ada pula yang mengkritik Muawiyyah Bin Abi Sofyan karena mengkudeta kepemimpinan sah kaum muslimin dan membuat barisan kaum muslimin terpecah-pecah menjadi beberapa golongan. Ada yang menamakan diri mereka syi’ah, khawarij, mu,tazilah, dan lainnya.


Usai kepemimpinan Ali, kita mengenal sistem kerajaan. Sistem kerajaan pertama dalam islam adalah Dinasti Bani Umayyah, dengan khalifahnya Muawiyah Bin Abu Sofyan. Pada era ini kepemimpinan berpusat di Syam (Syiria) karena disanalah basis massa pendukung terbesar Bani Umayyah sebagai kekuatan politik rezim ini. Pada sistem pemerintahan Muawiyah, dia mengenalkan konsep putra mahkota sebagai pengganti dirinya dengan ijtihad: 

1. Kekhawatirannya mengenai pertumpahan darah kaum muslimin


Dalam sejarah ramai perbincangan mengenai prosesi peralihan kekuasaan dari Ali bin Abi Thalib kepada Muawiyah Bin Abu Sofyan. Ada barisan yang masih sangat menghormati Ali dan Ahlul Bait lainnya. Masih ada keturunan Ali yang dapat mewakili golongan ini, Husain Bin Ali. Kekhawatiran Muawiyah akan kembalinya kekuasaan pada ahlul bait beserta pertumpahan darah kaum muslimin demi mewujudkannya membuat Muawiyah mengambil putra mahkota sebagai ijtihadnya. Kemudian tampillah Yazid Bin Muawiyah sebagai putra mahkota yang kemudian di baiat oleh penduduk Syam.


2.  Penerus cara kepemimpinan

Selain kekhawatiran diatas, alasan lainnya Muawiyah mempertimbangkan putra mahkota adalah karena Muawiyah telah menempuh banyak ijtihad baru demi kenyamanan, keadilan, dan persatuan kaum muslimin yang tidak akan mungkin dilakukan oleh Ali Bin Abi Thalib. Disebabkan hal ini pulalah kekuatan yang mengancam kebesaran Bani Umayyah tertahan didalam dan tidak muncul dipermukaan. Karena, meskipun mereka tidak menyukai prosesi pemilihan Muawiyah, mereka telah merasa adil dengan kepemimpinannya dan ridho atas keputusannya. Muawiyah khawatir kedamaian ini akan hancur jika ijtihadnya tidak diteruskan. Maka dari itu dia memutuskan untuk mengkader sendiri penerusnya, agar meneruskan wasiatnya dan menggantikan kepemimpinan.


Pada akhirnya, Bani Umayyah menemui titik keruntuhannya, digantikan oleh Dinasti Bani Abbasiyah, yang menisbatkan diri sebagai kehendak ahlul bait. Dinasti Abbasiyah mendapatkan kekuasaannya berkat dukungan politik Khurasan, Irak. Irak terbagi menjadi dua wilayah yang memiliki dua kepentingan berbeda. Penduduk yang mendukung ahlul bait adalah dari penduduk Kuffah, karena penduduk Bashrah adalah kaum Khawarij yang suka berbuat kerusakan dan merupakan kaum yang keluar dari kepemimpinan Ali karena tidak puas dengan keputusan Tafkhim.


Setelah Bani Abbasiyah berkuasa dan menguasai hampir sepertiga dunia, masa kejayaan kembali kepada Utsmaniyah, di Istanbul, Turki. Dan masa ini adalah masa terakhir kejayaan islam sebelum runtuh yang disebabkan oleh melemahnya persatuan kaum muslimin dan maraknya fitnah. Wilayah kaum muslimin menjadi terpecah belah. Syam dipecah menjadi wilayah Syiria, Palestina, Lebanon, dan Yordania. Sementara Yaman terpecah menjadi 4 bagian wilayah yang kini kita kenal seperti Iran dan Irak. 


Dinasti yang berkuasa ini adalah fase kerajaan yang menggigit. Disebut 'menggigit' karena mereka menggigit Al-quran sehingga kadang lepas, kadang tergenggam. Ada khalifah yang adil seperti Umar Bin Abdul Azis, ada pula yang dzalim seperti Hajjaj.


Jumhur ulama berpendapat berakhirnya fase ketiga terjadi pada masa keruntuhan dinasti utsmaniyah pada tahun 1924 M. Setelah itu, masuklah masa-masa fase keempat dengan kehadiran raja-raja diktator yang memaksakan kehendak. Menentang hukum Allah, perlahan-lahan membawa umat muslim kembali pada zaman jahiliyah. Seperti nabi sabdakan:


"kalian akan mengikuti pendahulu kain sejengkal demo sejengkal, sehasta demi sehasta. Bahkan jika mereka masuk ke lubang biawak kalian akan mengikutinya." Para sahabat bertanya, "apa yang engkau maksud kaum nasrani dan yahudi?" Rasul menjawab, " kalau bukan mereka, siapa lagi?" 


Jelas sudah, bagaimana rasul menggambarkan kondisi umat akhir zaman, yang semakin hari semakin mengikuti kebiasaan dan agama nasrani serta yahudi. Kita bisa sebutkan, ulama masa kini justru mengedepankan toleransi dengan menganjurkan mengucapkan selamat hari raya natal, membolehkan perempuan memimpin, dan sebagainya. Setelah hari ini, HAL BARU apa lagi yang akan bertambah? Bukankah jelas sudah, agama islam adalah agama yang mutakammil, yang sesuai dengan zaman apapun? Mengapa melakukan apa yang tidak nabi contohkan?


Hal yang lebih menyedihkan adalah, kaum muslimin justru merasa asing dengan ajaran islam, ajaran tauhid. Berapa banyak diantara mereka yang  justru 'nyinyir' jika diingatkan mengenai hal baru yang mereka ada-adakan. Mengatakan kami adalah islam garis keras. Padahal demi Allah, kami hanya ingin berjalan teguh diatas assunnah! 


Seperti kata pepatah, tak kenal maka tidak sayang. Hanya kesabaran yang mesti dilipatgandakan, hanya doa yang dapat dipanjatkan siang dan malam, seperti nabi katakan, 'mereka adalah kaum yang belum mengerti..' saat jibril menyarankan agar nabi berdoa agar kaumnya dikenakan azab.


Inilah wajah akhir zaman. Dimana perpecahan nyata adanya. Dimana tiap kaum mengklaim dirinya sebagai orang yang telah berbuat kebajikan.. Ya Allah, semoga kami senantiasa berada dalam kebaikan.


Akan datang, seorang pemimpin yang akan membawa kemaslahatan bagi seluruh alam, yang akan menyatukan barisan kaum muslimin yang tercerai berai, akan menghapuskan sekat-sekat kesombongan yang membatasi antargolongan, menegaskan kalimat tauhid dan menebar kebaikan selama tujuh tahun kepemimpinannya.


Rasul berkata, "dia berasal dari keturunanku, memiliki nama yang sama denganku dan nama ayah yang sama dengan nama ayahku"


Begitulah sabda beliau, imam mahdi akan hadir dan memimpin islam menuju kejayaannya. Tanda-tanda akhir zaman sudah mencapai puncaknya, daratan arab sudah mulai menghijau, sungai eufrat sudah mengering. Apa lagi yang kurang nyata dari tanda ini semua?


Kita hanya tinggal menunggu waktu dajjal hadir membersamanya 70.000 pasukan kaum yahudi, sementara kaum muslimin akan berada disatu barisan di bukit Ghoutoh menunggu Isa Almasih membunuh dan menghapuskan fitnah dajjal yang merajalela.


Hari ini, kita pun sedang berada diantara fitnah dajjal. Ketika kita tidak mengetahui mana yang benar dan yang mana salah, maka kita berada sangat dekat dengan fitnah dajjal.


Bagaimana cara menghadapinya? Memperdalam tauhid, menggali ilmu mengenai akhir zaman, mempertebal iman, dan senantiasa menebar kebaikan, agar Allah ridho menjadikan kita barisan yang akan membersamai Imam mahdi, Bukan berbalik memeranginya lantaran fitnah.


Mari bertakbir, demi menyongsong fase kelima! Khilafati 'ala minhajin Nubuwwah! Allahuakbar!


Wassalam,
Bidang Informasi DKM Masjid Quba.


Thursday, March 26, 2015

Pengajian Akbar Majelis Ta'lim Ar-Royyan


Hadirilah!!

Pengajian Akbar Majelis Ta’lim Ar-Royyan

Bersama Ustadzah Astri Ivo
Dengan tema
Menguatkan Jalinan Ukhuwah Islamiyah”.
Masjid Quba – Taman Royal 2
Sabtu, 28 Maret 2015
Mulai pukul 09.00 s/d 12.00 WIB
Panitia - MT Ar-Royyan 2015



Laba-laba (Al-`Ankabūt) - 29:45


Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Keluarga merupakan suatu lembaga sosial yang paling besar perannya bagi kesejahteraan sosial dan kelestarian anggota-anggotanya terutama anak-anaknya. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang terpenting bagi perkembangan dan pembentukan pribadi anak. Keluarga merupakan wadah tempat bimbingan dan latihan anak sejak kehidupan mereka yang sangat musa. Dan diharapkan dari keluargalah seseorang dapat menempuh kehidupannya dengan masak dan dewasa.
            Berbicara mengenai pendidikan anak, maka yang paling besar pengaruhnya adalah ibu. Ditangan ibu keberhasilan pendidikan anak-anaknya walaupun tentunya keikut-sertaan bapak tidak dapat diabaikan begitu saja. Ibu memainkan peran yang penting di dalam mendidik anak-anaknya, terutama pada masa balita. Pendidikan di sini tidak hanya dalam pengertian yang sempit. Pendidikan dalam keluarga dapat berarti luas, yaitu pendidikan iman, moral, fisik/jasmani, intelektual, psikologis, sosial, dan pendidikan seksual.
            Peranan ibu di dalam mendidik anaknya dibedakan menjadi tiga tugas penting, yaitu ibu sebagai pemuas kebutuhan anak; ibu sebagai teladan ataau “model”  peniruan anak dan ibu sebagai pemberi stimulasi bagi perkembangan anak.
1.      Ibu sebagai sumber pemenuhan  kebutuhan anak
Fungsi ibu sebagai pemuas kebutuhan ini sangat besar artinya bagi anak, terutama pada saat anak di dalam ketergantungan total terhadap ibunya, yang akan tetap berlangsung sampai periode anak sekolah, bahkan sampai menjelang dewasa. Ibu perlu menyediakan waktu bukan saja untuk selalu bersama tetapi untuk selalu berinteraksi maupun berkomunikasi secara terbuka dengan anaknya.
Pada dasarnya kebutuhan seseorang meliputi kebutuhan fisik, psikis, sosial dan spiritual. Kebutuhan fisik merupakan kebutuhan makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan lain sebagainya. Kebutuhan psikis meliputi kebutuhan akan kasih sayang, rasa aman, diterima dan dihargai. Sedang kebutuhan sosial akan diperoleh anak dari kelompok di luar lingkungan keluarganya. Dalam pemenuhan kebutuhan ini, ibu hendaknya memberi kesempatan bagi anak untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya. Kebutuhan spiritual, adalah pendidikan yang menjadikan anak mengerti kewajiban kepada Allah, kepada Rasul-Nya, orang tuanya dan sesama saudaranya. Dalam pendidikan spiritual, juga mencakup mendidik anak berakhlak mulia, mengerti agama, bergaul dengan teman-temannya dan menyayangi sesama saudaranya, menjadi tanggung jawab ayah dan ibu. Karena memberikan pelajaran agama sejak dini merupakan kewajiban orang tua kepada anaknya dan merupakan hak untuk anak atas orang tuanya, maka jika orang tuanya tidak menjalankan kewajiban ini berarti menyia-nyiakan hak anak.
Hadits riwayat Bukhari dan Muslim:
Rasulullah saw Bersabda: “Setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah (bertauhid). Ibu bapaknyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi.
Seorang ibu harus memberikan atau memuaskan kebutuhan anak secara wajar, tidak berlebihan maupun tidak kurang. Pemenuhan kebutuhan anak secara berlebihan atau kurang akan menimbulkan pribadi yang kurang sehat di kemudian hari.
Dalam memenuhi kebutuhan psikis anak, seorang ibu harus mampu menciptakan situasi yang aman bagi putra-putrinya. Ibu diharapkan dapat membantu anak apabila mereka menemui kesulitan-kesulitan. Perasaan aman anak yang diperoleh dari rumah akan dibawa keluar rumah, artinya anak akan tidak mudah cemas dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul.
Seorang ibu harus mampu menciptakan hubungan atau ikatan emosional dengan anaknya. Kasih sayang yang diberikan ibu terhadap anaknya akan menimbulkan berbagai perasaan yang dapat menunjang kehidupannya dengan orang lain. Cinta kasih yang diberikan ibu pada anak akan mendasari bagaimana sikap anak terhadap orang lain. Seorang ibu yang tidak mampu memberikan cinta kasih pada anak-anaknya akan menimbulkan perasaan ditolak, perasaan ditolak ini akan berkembang menjadi perasaan dimusuhi. Anak dalam perkembangannya akan menganggap bahwa orang lainpun seperti ibu atau orang tuanya. Sehingga tanggapan anak terhadap orang lain juga akan bersifat memusuhi, menentang atau agresi.
Seorang ibu yang mau mendengarkan apa yang dikemukakan anaknya, menerima pendapatnya dan mampu menciptakan komunikasi secara terbuka dengan anak, dapat mengembangkan perasaan dihargai, diterima dan diakui keberadaanya. Untuk selanjutnya anak akan mengenal apa arti hubungan di antara mereka dan akan mewarnai hubungan anak dengan lingkungannya. Anak akan tahu bagaimanacara menghargai orang lain, tenggang rasa dan komunikasi, sehingga dalam kehidupan dewasanya dia tidak akan mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain.
2.      Ibu sebagai teladan atau model bagi anaknya.
Dalam mendidik anak seorang ibu harus mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya. Mengingat bahwa perilaku orangtua khususnya ibu akan ditiru yang kemudian akan dijadikan panduan dalam perlaku anak, maka ibu harus mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya. Seperti yang difirmankan Allah dalam:
Surat Al-Furqaan ayat 74:
Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi golongan orang-orang yang bertaqwa.”
Kalau kita perhatikan naluri orang tua seperti yang Allah firmankan dalam Al Qur’an ini, maka kita harus sadar bahwa orang tua senantiasa dituntut untuk menjadi teladan yang baik di hadapan anaknya.
Sejak anak lahir dari rahim seorang ibu, maka ibulah yang banyak mewarnai dan mempengaruhi perkembangan pribadi, perilaku dan akhlaq anak. Untuk membentuk perilakua anak yang baik tidak hanya melalui bil lisan tetapi juga dengan bil hal yaitu mendidik anak lewat tingkah laku. Sejak anak lahir ia akan selalu melihat dan  mengamati gerak gerik atau tingkah laku ibunya. Dari tingkah laku ibunya itulah anak akan senantiasa melihat dan meniru yang kemudian diambil, dimiliki dan diterapkan dalam kehiduapnnya. Dalam perkembangan anak proses identifikasi sudah mulai timbul berusia 3 – 5 tahun. Pada saat ini anak cenderung menjadikan ibu yang merupakan orang yang dapat memenuhi segala kebutuhannya maupun orang yang paling dekat dengan dirinya, sebagai “model”  atau teladan bagi sikap maupun perilakunya. Anak akan mengambil, kemudian memiliki nilai-nilai, sikap maupun perilaku ibu. Dari sini jelas bahwa perkembangan kepribadian anak bermula dari keluarga, dengan cara anak mengambil nilai-nilai yang ditanamkan orang tua baik secara sadar maupun tidak sadar. Dalam hal ini hendaknya orang tua harus dapat menjadi contoh yang positif bagi anak-anaknya. Anak akan mengambil nilai-nilai, sikap maupun perilaku orang tua, tidak hanya apa yang secara sadar diberika pada anaknya misal melalui nasehat-nasehat, tetapi juga dari perilaku orang tua yang tidak disadari. Sering kita lihat banyak orang tua yang menasehati anaknya tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Hal ini akan mengakibatkan anak tidak sepenuhnya mengambil nilai, norma yang ditanamkan. Jadi, untuk melakukan peran sebagai model, maka ibu sendiri harus sudah memiliki nilai-nilai itu sebagai milik pribadinya yang tercermin dalam sikap dan perilakunya. Hal ini penting artinya bagi proses belajar anak-anak dalam usaha untuk menyerap apa yang ditanamkan.

3.      Ibu sebagi pemberi stimuli bagi perkembangan anaknya
Perlu diketahui bahwa pada waktu kelahirannya, pertumbuhan berbagai organ belum sepenuhnya lengkap. Perkembangan dari organ-organ ini sangat ditentukan oleh rangsang yang diterima anak dari ibunya. Rangsangan yang diberikan oleh ibu, akan memperkaya pengalaman dan mempunyai pengaruh yang besar bagi perkembangan kognitif anak. Bila pada bulan-bulan pertama anak kurang mendapatkan stimulasi visual maka perhatian terhadap lingkungan sekitar kurang. Stimulasi verbal dari ibu akan sangat memperkaya kemampuan bahasa anak. Kesediaan ibu untuk berbicara dengan anaknya akan mengembangkan proses bicara anak. Jadi perkembangan mental anak akan sangat ditentukan oleh seberapa rangsang yang diberikan ibu terhadap anaknya. Rangsangan dapat berupa cerita-cerita, macam-macam alat permainan yang edukatif maupun kesempatan untuk rekreasi yang dapat memperkaya pengalamannya.
Dari apa yang dikemukakan di atas jelaslah bahwa kunci keberhasilan seorang anak di kehidupannya sangat bergantung pada ibu. Sikap ibu yang penuh kasih sayang, memberi kesempatan pada anak untuk memperkaya pengalaman, menerima, menghargai dan dapat menjadi teladan yang positif bagi anaknya, akan besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak. Jadi dapat dikatakan bahwa bagaimana gambaran anak akan dirinya ditentukan oleh interaksi yang dilakukan ibu dengan anak. Konsep diri anak akan dirinya positif, apabila ibu dapat menerima anak sebagaimana adanya, sehingga anak akan mengerti kekurangan maupun kelebihannya. Kemampuan seorang anak untuk mengerti kekurangan maupun kelebihannya akan merupakan dasar bagi keseimbangan mentalnya.

PERAN WANITA SEBAGAI ISTRI PENDAMPING SUAMI

            Berbicara masalah peran ibu sebagai istri pendamping suami tentunya tidak lepas dari peran ibu sebagai ibu rumah tangga. Tetapi ada baiknya dilihat beberapa peran yang pokok seorang wanita sebagai pendamping suami.
1.      Istri sebagai teman/partner hidup
Pengertian teman di sini mempunyai arti adanya kedudukan yang sama. Istri dapat menjadi teman yang dapat diajak berdiskusi tentang masalah yang dihadapi suami. Sehingga apabila suami mempunyai masalah yang cukup berat, tapi istri mampu memberikan suatu sumbangan pemecahannya maka beban yang dirasakan suami berkurang. Disamping itu sebagai teman menandung pengertian jadi pendengar yang baik. Selama di kantor suami kadang mengalami ketidak-puasan atau perlakuan yang kurang mengenakkan, kejengkelan-kejengkelan ini dibawanya pulang. Di sini istri dapat mengurangi beban suami dengan cara mendengarkan apa yang dirasakan suami, sikap seperti ini dapat memberi ketenangan pada suami.
2.      Istri sebagai penasehat yang bijaksana
Sebagai manusia biasa suami tidak dapat luput dari kesalahan yang kadang tidak disadarinya. Nah, di sini istri sebaiknya memberikan bimbingan agar suami dapat berjalan di jalan yang benar. Selain itu suami kadang menghadapi masalah yang pelik, nasehat istri sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalahnya.
3.      Istri sebagai pendorong suami
Sebagai manusia, suami juga masih selalu membutuhkan kemajuan di bidang pekerjaannya. Di sini peran istri dapat memberikan dorongan atau motivasi pada suami. Suami diberi semangat agar dapat mencapai jenjang karier yang diinginkan, tentunya harus diingat keterbatasan-keterbatasannya. Artinya istri tidak boleh yang terlalu ambisi terhadap karir atau kedudukan suami, kalau suami tidak mampu jangan dipaksakan, hal ini akan menimbulkan hal-hal yang negatif.
Pada prinsipnya dari apa yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa peran istri sebagai pendamping suami dapat sebagai teman, pendorong dan penasehat yang bijaksana. Dan yang paling penting bahwa semua peran itu dapat dilakukan dengan baik apabila ada keterbukaan satu sama lain, kerjasama yang baik dan saling pengertian.
Demikianlah sekelumit pokok-pokok yang dapat dijadikan pengetahuan bagi ibu-ibu dalam melakukan perannya di dalam keluarga. Insya Allah, keluarga kita semua menjadi keluarga Sakinah.

Semoga bermanfaat. Wassalam Wr.Wb.

Photo-photo kegiatan saat pengajian akbar:







































































































Panitia Pengajian Akbar 2015
MT Ar-Royyan dan DKM Masjid Quba.